Jumat, Maret 12, 2010

Siswa SDN 09 Cibesut Belajar di Luar Kelas

JAKARTA, MP - Sungguh memprihatinkan apa yang dialami siswa SDN 09 Cipinangbesar. Bagaimana tidak, kondisi gedung sekolah tempat mereka mengenyam pendidikan rawan ambruk. Untuk menghindari terjadi hal yang tidak diinginkan, para siswa memilih belajar di luar ruang kelas. Siswa kelas 1 A dan 1 B misalnya, terpaksa melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di halaman belakang mushola. Ironisnya, Sudin Pendidikan Dasar (Dikdas) Jakarta Timur belum merespon sekolah yang rawan ambruk itu.

Pihak sekolah terpaksa menggelar KBM di luar kelas karena mereka khawatir atap bangunan ambruk dan menimpa siswa yang tengah belajar. Bahkan, beberapa ruang kelas, atapnya disangga atau ditopang dengan balok agar tidak ambruk ke lantai.

Siswa dan guru, tak hanya dihantui oleh bayangan bangunan yang rawan ambruk. Akan tetapi, ketika turun hujan, atap banyak yang bocor. Air pun deras mengalir ke ruang kelas yang tengah digunakan untuk KBM siswa. Bangunan tersebut memang cukup berusia tua, yakni dibangun sejak 30 tahun silam.

Atas kondisi tersebut, pihak sekolah sebenarnya telah mengajukan perbaikan sejak tahun 2007 lalu kepada Sudin Dikdas Jakarta Timur. Sayangnya, usulan tersebut belum direalisasikan. Karenanya, sejumlah orangtua murid maupun siswa sering mengeluh adanya fisik bangunan yang kian memprihatinkan.

“Kondisi gedung SDN 09 Cibesut ini sudah saya laporkan dan setiap tahun saya ajukan untuk diperbaiki. Tapi karena terkendala anggaran, maka perbaikan terpaksa terus diundur dan katanya akan direhab pada tahun 2010 ini. Karena itu, saya hanya berharap kepada para siswa dan para orangtua untuk bisa bersabar,” ujar Yayah Sadiah, Kepala SDN 09 Cipinangbesar Utara, Jumat (12/3).

Dari total delapan ruang kelas yang ada, sedikitnya terdapat empat ruang kelas yang kondisinya sangat membahayakan. Masing-masing adalah ruang kelas 1, 3, 4, dan 5. Bahkan ruang kelas 1 terpaksa tidak dapat digunakan sama sekali karena kondisinya paling membahayakan. Sedangkan ruang kelas 3, 4, dan 5 masih digunakan meskipun atapnya harus ditopang kayu penyangga. Getirnya, balok penyangga atap ini juga sudah mulai keropos dimakan rayap.

Derita nampaknya tak cukup itu saja, sebab masih ada hal lainnya. Setidaknya, akibat rapuhnya bangunan, membuat pihak sekolah urung menyediakan fasilitas tambahan KBM. Seperti halnya penambahan alat pengeras suara dan pengecatan dinding sekolah, terpaksa ditunda. “Kami sebenarnya ingin menaruh speaker di setiap sudut dan mengecat tembok yang catnya telah terkelupas. Tapi tentunya akan sia-sia jika gedung ini dirombak total. Karena jika dilihat dari sketsa rencana rehab gedung SDN 09 Cibesut ini akan diubah menjadi sekolah berlantai tiga,” tambahnya.(red/*bj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails