Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto, mengatakan, saat ini pihaknya sudah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk melaksanakan terobosan dan langkah tentang sistem pembelajaran yang baik dan lebih berkualitas. "Bentuknya bisa saja sekolah menerapkan sistem SKS sehingga diharapkan kualitas pendidikan semakin meningkat," ujarnya.
Namun saat ini, sistem SKS ini sudah diterapkan di beberapa sekolah negeri dan swasta. Diantaranya SMAN 78 Jakarta Barat, SMP/SMA Labschool, dan beberapa sekolah lainnya. Selain itu, ada juga yang menerapkan sistem pembelajaran yang bersifat moving kelas, misalnya di SMAN 53 Jakarta Timur.
Dengan sistem ini, siswa dapat mengikuti KBM berpindah-pindah kelas, sesuai dengan mata pelajaran yang dikehendaki siswa. Manfaat diterapkannya sistem SKS, menurutnya, untuk memberikan keleluasan pada siswa dalam mengikuti KBM. Sebab, siswa dapat memilih dan menentukan mata pelajaran, yang sesuai dengan waktu yang dimilikinya.
Selanjutnya, untuk lebih mengembangkan wawasan, pihaknya akan menjalin kerja sama dengan negara Australia. Bentuknya adalah pertukaran pelajar dan guru antar kedua negara. Alasan kerja sama dengan Australia ini perlu dilakukan karena kultur pendidikan di negeri Kanguru ini mengarah ke pembentukan yang bersifat individual. Artinya, siswa diperkenankan untuk mendalami satu mata pelajaran yang dikehendaki. Sedangkan DKI Jakarta, saat ini masih menggunakan sistem paket. "Kelebihan kita adalah bisa membangun pendidikan secara utuh dan mengarah ke global," terangnya.
Dengan adanya kerja sama ini diharapkan hubungan antar kedua negara ini semakin erat dan harmonis, disamping juga telah adanya hubungan diplomatik. "Istilahnya, kita ingin mempererat hubungan ini dengan konsep sister school," katanya seraya menambahkan, jika kerja sama sudah terwujud, pertukaran pelajar dan guru ini dapat dilakukan secepat mungkin.
Masih menurut Taufik, Perth, sebuah kota di Australia, saat ini berpenduduk sekitar 2,2 juta jiwa namun selalu didatangi pelajar lebih dari 100 negara dari 5 benua. Mereka datang hanya untuk mengenyam pendidikan di sana. Tak heran jika Australia menempatkan sistem pendidikan itu bak sebuah "industri". Sehingga, Australia gencar memasarkan pendidikan ini ke berbagai negara dengan menawarkan sistem pendidikan yang berkualitas.
Kepala Bidang Pendidikan SMP/SMA Disdik DKI, Amsani Idris, mengatakan, dengan dijadikannya pendidikan sebagai "industri", maka Australia terus didatangi pelajar-pelajar dari berbagai belahan dunia, termasuk di antaranya dari Indonesia.
Tak heran jika pelajar yang berasal dari luar negeri dikenakan biaya yang sangat tinggi. Sedangkan biaya pelajar lokal justru jauh lebih ringan. "Kalau pelajar kita sekolah di sana, tentu biayanya sangat tinggi. Untuk menyiasatinya, maka perlu dilakukan pertukaran pelajar. Disamping tidak ada devisa negara yang terbuang, juga hasilnya lebih efektif," kata Amsani. (red/*bj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar